Jelajahi Web

Kalau Mau Enak, Harus Jadi Bos



"Kalau mau enak ya harus jadi bos.". Begitulah kalimat yang ku ucap ketika seorang anak bernama Luki bertanya kepadaku tentang keadaannya saat ini bekerja di salah satu perusahaan sebagai admin officer di sebuah perusahaan swasta.
Kesehariannya di kantor ketika berhadapan dengan pimpinanya kerap disuguhi dengan kata-kata yang bernada tinggi. Juga kerap disuruh-suruh oleh sang pimpinan.
Dia baru kali ini masuk di dunia kerja setelah sebelumnya menghabiskan waktu-nya berlajar dan terus belajar. Perannya di perusahaan yang baru berkembang itu memang cukup berat, karena yang menjadi seorang staf administrasi adalah dirinya.
Rencananya, perusahaan tempat dia bekerja baru akan merekrut pegawai baru jika berjalan enam bulan kedepan. Dan tentunya, masih ada empat bulan lagi dia bekerja cukup berat di tempat itu.
Soal gaji, dia sudah merasa sangat cukup. Bahkan, dengan pendapatannya saat ini dia berencana untuk melanjutkan kuliahnya tahun depan di UNAS.
Ketika bertanya kepadaku, nadanya sedikit agak ragu. Mungkin sungkan atau apalah. Tapi, niat untuk mencurahkan unek-uneknya tetap dia lontarkan.
Ketika dia bertanya, aku juga merasa risih. Karena, dia memanggilku dengan panggilan pak. Padahal selisih umurku dengan dia tak terpaut jauh. Namun, aku terima saja karena dia sudah sering memanggilku demikian, mungkin dia ingin menampakkan rasa hormatnya atau apalah namanya.
Duduk didepan gedung berlantai 8, dengan suasana dingin karena habis hujan dia menanyakan semuanya. "Pak, apakah sudah begini adanya seorang bawahan kerap mendapat kata-kata kasar dari pimpinannya? Terkadang saya terbawa perasaan jika pimpinan saya marah kepada saya," ujarnya polos.
"Ya, namanya bawahan itu harus taat sama pimpinannya dan siap dengan segala konsekuensi pekerjaan. Kalau mendapat marah dari pimpinan itu biasa. Namanya juga bawahan Ki'. Kalau mau tidak mendapat marah dan enak, ya kamu harus jadi bos," jawabku sambil tersenyum dengan kepolosannya.
Dia mengangguk. Kemudian memalingkan pandangannya ke sisa-sisa hujan yang masih turun perlahan setelah deras mengguyur Jakarta malam itu.
Mungkin masih belum puas dengan jawabanku, dia kemudian bertanya kembali. "Kalau bapak sendiri, apa merasakan itu juga?"
"Itu sudah pasti Ki'. Saya ini juga seorang bawahan, jadi kalau saya ada salah atau mungkin ada tugas yang belum terselesaikan, sudah tentu saya mendapat marah dari pimpinan. Ki', dimana-mana itu kerja itu sudah pasti tidak ada yang mudah, semuanya rumit dan punya tantangan tersendiri."
"Tapi pak."
"Tapi apa?"
"Saya melihat kebanyakan orang yang kerja di tempat lain tampak ceria-ceria saja. Terus mereka jarang yang ngeluh. Apa mereka senang ya di tempat kerjanya."
"Hm... itu tergantung dengan sikap seseorang dalam menerima pekerjaannya. Kalau kamu selalu mengeluh dan mengambil hati setiap perkataan pimpinanmu yang bernada tinggi itu, kamu sudah tentu akan menjalankan pekerjaanmu dengan berat."
"Lalu saya harus bagaimana?"
"Ya, paling tidak ikhlas dengan keadaan kamu sebagai bawahan saat ini. Karena, semua yang jadi pimpinan itu sudah merasakan hal yang sama seperti kamu. Jadi, kamu harus sabar dan mencintai pekerjaan kamu. Saya rasa, suatu saat kamu juga akan tahu kenapa kamu dimarahin. Dan ingat, kelak ketika kamu jadi pimpinan, kamu juga pasti akan berbuat yang sama jika bawahanmu melakukan kesalahan."
"Mudah-mudahan saya tidak gitu pak," katanya meyakinkan.
Aku hanya bisa tersenyum dengan apa yang dikatakannya yang terakhir. Ya, tapi itulah dia dengan kepolosannya.
"Satu lagi yang kamu harus ingat Ki'. Kalau apa yang kamu dapatkan hari ini akan membentuk pribadimu dimasa yang akan datang. Dan tentunya tergantung bagaimana kamu menerima semua itu," ujarku.
Dia menganggukkan kepalanya lagi. Kemudian mengakhiri pembicaraan dan mengambil telpon selular yang ada di dalam kantong baji koko-nya. Kemudian kembali masuk kedalam gedung setelah berpamitan.
Mudah-mudahan Luki kelak mengerti dengan apa yang sudah dialaminya ini dan bisa sukses meraih cita-citanya. Amin.

0 Response to "Kalau Mau Enak, Harus Jadi Bos"