Jelajahi Web

Merdeka ....?

Kemerdekaan berbicara, bukanlah kemerdekaan sesungguhnya. Tapi sebuah topeng agar rakyat bisa --sekadar-- merasa merdeka dalam mengajukan gagasan dan pendapat. Namun, semua berbeda dengan realitas yang ada. Anda berbicara sedikit, apalagi kalau masyarakat biasa, Anda bisa dibui. Miris.

Pertanyaannya kemudian, perlukah berbicara itu diatur dalam sebuah Undang-undang? Saya rasa itu tidaklah perlu. Toh juga masih banyak yang berbicara dapat penjara. Juga, berbicara itu adalah hak asasi manusia. Punya mulut ya bicara. Kenapa tidak sekalian atur saja kemerdekaan melihat, mendengar, merasa, dan 'menjilat'.

Tentang merdeka berbicara yang sudah ada belum memerdekakan rakyat sepenuhnya. Terbukti, ketika seorang miskin meneriakkan untuk tidak menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah tidak peduli.

Jutaan suara dengan satu permohon itu, yang terlontar serentak di pelosok negeri ini tidaklah berarti. Ketika suara sudah serak menyuarakan agar BBM tidak naik, semua bahan pokok lebih dulu menyalip naik sebelum ditetapkannya kenaikan harga BBM.

Itulah bukti konkrit tentang kemerdekaan berbicara yang terbelenggu. Tampak jelas dan tak perlu lagi kajian dengan segala macam metode kuno --dihadirkan hanya untuk membuat rakyat menganga yang jelas tidak paham dengan sejuta alasan itu--.

Uang. Itulah menjadi pengganti suara serak. Bahkan mereka yang takut bersuara pun dapat. Tidak ambil, tidak mungkinlah. Ya... karena banyak dapur hampir tidak lagi mengepul. Meski pun sudah jelas kalau itu adalah bantuan sementara. Kasihan.

Dalam penerapan kemerdekaan bicara di negeri ini, banyak yang sudah menjual suara. Lagi-lagi karena persoalan perut.

Dalam kandungan kata merdeka yang diproklamasikan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945, betul-betul hanya kemerdekaan dari penjajahan langsung oleh bangsa asing. Sementara elite bangsa sendiri saat ini, membelenggu kemerdekaan seutuhnya bagi anak negeri ini.

Untuk apa merdeka berbicara kalau tidak didengar. Merdeka berinovasi pun tidak ada artinya. Toh juga hanya menjadi sebuah temuan yang berakhir dengan kebuntuan.

Sebut saja mobil eSeMKa, saat ini hanya tinggal kenangan saja. Begitu pun dengan mobil listrik, parahnya industri penerbangan dalam negeri juga dijajah habis-habisan oleh bangsa sendiri sampai-sampai tidak lagi bisa berbuat banyak.

Katanya merdeka? Untuk memproduksi sebuah mesin di dalam negeri kita sendiri tidak boleh. Semuanya harus bergantung dengan negera luar. Ini apa?

Ya, betul-betul kemerdekaan bicara itu hanya sebuah mimpi dari kemerdekaan sesungguhnya. Mimpi disaat kita berbicara dalam mengajukan gagasan dan pendapat. Betul-betul kemerdekaan masih sebatas impian buat anak negeri ini.

Kami ingin merdeka. Merdeka yang sesungguhnya. Merdeka dari intervensi asing. Merdeka dari kemiskinan dan keterbelakangan.

Merdeka adalah hak setiap warga negara. Jadi, berikan kami kemerdekaan yang sesungguhnya.

Aku Cinta Indonesiaku.

0 Response to "Merdeka ....?"